Probiotik – mikroorganisme hidup yang dijual dalam bentuk kapsul dan pil – telah menjadi industri bernilai miliaran dolar, didorong oleh meningkatnya kesadaran akan pengaruh mikrobioma usus terhadap kesehatan. Banyak konsumen, termasuk mereka yang memiliki kondisi medis serius seperti kanker atau masalah pencernaan kronis, beralih ke suplemen ini dengan harapan dapat meningkatkan pencernaan, kekebalan, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Namun, bukti ilmiah yang mendukung penggunaan probiotik secara luas masih sangat lemah, dan pemasaran sering kali melampaui kenyataan.

Ilmu Pengetahuan Terbatas di Balik Probiotik

Organisasi medis seperti American Gastroenterological Association (AGA) hanya merekomendasikan beberapa jenis bakteri tertentu untuk beberapa kondisi tertentu. Seperti yang dinyatakan oleh ahli gastroenterologi Omeed Alipour dari Sistem Kesehatan Santa Clara, “Rata-rata orang kemungkinan besar tidak membutuhkan probiotik dan kemungkinan besar tidak akan mendapatkan manfaat dari probiotik untuk penggunaan sehari-hari.” Kehati-hatian ini juga diamini oleh ahli mikrobiologi seperti Yosra Helmy di Universitas Kentucky, yang menekankan bahwa ilmu pengetahuan tidak merata, spesifik terhadap strain, dan sulit untuk digeneralisasikan.

Masalah intinya adalah probiotik adalah suplemen makanan, bukan obat yang diuji secara ketat. Artinya, mereka mengabaikan standar evaluasi ketat yang diterapkan pada obat-obatan.

Mengapa Kesehatan Usus Penting (dan Dimana Probiotik Cocok)

Mikrobioma usus kita – triliunan bakteri, ragi, jamur, dan virus yang hidup di sistem pencernaan kita – memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan. Mikroba ini membantu menyeimbangkan ekosistem usus, memperkuat lapisan usus, menghasilkan metabolit penting seperti asam lemak rantai pendek, mengatur sistem kekebalan tubuh, dan bahkan membantu memproduksi vitamin.

Kabar baiknya adalah banyak orang dapat meningkatkan kesehatan ususnya secara alami, melalui makanan fermentasi (yogurt, kefir, kimchi, kombucha, miso) dan pola makan kaya serat. Ini menyediakan beragam mikroorganisme dan bahan bakar untuk bakteri usus yang menguntungkan.

Suplemen probiotik dapat membantu dalam kasus tertentu:

  • Necrotizing enterocolitis pada bayi prematur: Probiotik dapat mengurangi risiko kondisi mematikan ini.
  • Pouchitis: Probiotik dapat meredakan gejala peradangan setelah kolitis ulserativa atau operasi penyakit Crohn.
  • Diare akibat antibiotik: Strain tertentu (Lactobacillus, Bifidobacterium, Saccharomyces boulardii) dapat membantu mengurangi kerusakan yang ditimbulkan antibiotik pada flora usus.
  • Infeksi Clostridioides difficile: Probiotik mungkin sedikit mengurangi risiko, terutama pada pasien berisiko tinggi (lansia, mereka yang pernah mengalami infeksi sebelumnya, atau yang menggunakan antibiotik jangka panjang).

IBS dan Masa Depan Probiotik

Penderita sindrom iritasi usus besar (IBS) sering kali mencari bantuan dari probiotik. Meskipun beberapa jenis strain menjanjikan dalam mengurangi kembung, sembelit, dan diare, ahli gastroenterologi tidak dapat memprediksi secara pasti siapa yang akan mendapatkan manfaatnya. Sifat subjektif dari pelaporan gejala IBS mempersulit penelitian.

Masa depan terletak pada probiotik “generasi berikutnya”: intervensi mikrobioma presisi yang mencocokkan strain tertentu dengan masalah kesehatan individu. Ini mungkin melibatkan rentang bakteri yang lebih luas dan peningkatan enkapsulasi untuk menahan pencernaan.

Intinya: Prioritaskan Diet, Gunakan Suplemen Secara Strategis

Sampai kemajuan tersebut tercapai, para ahli merekomendasikan untuk fokus pada nutrisi terlebih dahulu. Pola makan kaya serat dan makanan fermentasi adalah cara yang lebih dapat diandalkan untuk kesehatan usus daripada membeli pil mahal. Jika Anda memilih untuk mencoba probiotik, lakukan secara strategis – pilih strain spesifik untuk masalah tertentu, uji selama empat hingga delapan minggu, dan nilai ulang.

Probiotik bukanlah solusi universal. Penggunaannya harus tepat sasaran, dibatasi, dan didasari oleh ekspektasi yang realistis.